INISIASI 5
Agama sebagai Sumber Moral dan Akhlak Mulia dalam Kehidupan
Agama dalam bahasa Indonesia, religion dalam bahasa Inggris, dan di dalam
bahasa Arab merupakan sistem
kepercayaan yang meliputi tata cara peribadatan hubungan manusia dengan Sang
Mutlak, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam
lainnya yang sesuai dengan kepercayaan tersebut.
Dalam studi agama, para ahli agama mengklasifikasikan agama ke dalam pelbagai
kategori.
Menurut al-Maqdoosi agama
diklasifikasikan menjadi 3 kategori:
1) agama wahyu dan non-wahyu,
2) agama misionaris dan non-misionaris, dan
3) agama lokal dan universal.
Berdasarkan klasifikasi manapun diyakini bahwa agama memiliki
peranan yang signifikan bagi kehidupan manusia karena di dalamnya terdapat seperangkat nilai yang
menjadi pedoman dan pegangan manusia. Salah satunya adalah dalam hal moral.
Moral adalah sesuatu yang
berkenaan dengan baik dan buruk. Tak jauh berbeda dengan moral hanya
lebih spesifik adalah budi pekerti.
Akhlak adalah perilaku
yang dilakukan tanpa banyak pertimbangan tentang baik dan buruk. Adapun etika atau ilmu
akhlak kajian sistematis tentang baik dan buruk. Bisa juga dikatakan bahwa etika adalah ilmu tentang moral.
Hanya saja perbedaan antara etika dan ilmu akhlak (etika Islam) bahwa yang
pertama hanya mendasarkan pada akal, sedangkan yang disebut terakhir
mendasarkan pada wahyu, akal hanya membantu terutama dalam hal perumusan.
Di tengah krisis moral manusia modern (seperti dislokasi, disorientasi) akibat
menjadikan akal sebagai satu-satunya sumber moral, agama bisa berperan lebih
aktif dalam menyelamatkan manusia modern dari krisis tersebut.
Agama dengan seperangkat
moralnya yang absolut bisa memberikan pedoman yang jelas dan tujuan yang luhur
untuk membimbing manusia ke arah kehidupan yang lebih baik.
Akhlak dalam praktiknya ada
-
yang mulia disebut akhlak mahmudah dan ada akhlak
-
yang tercela yang disebut akhlak madzmumah.
Akhlak mulia adalah
akhlak yang sesuai dengan ketentuan-ketentuanan yang diajarkan Allah dan
Rasul-Nya sedangkan akhlak tercela ialah yang tidak sesuai dengan
ketentuan-ketentuan Allah dan rasul-Nya.
Kemudian dari pada itu, kedua kategori akhlak tersebut ada yang
bersifat batin dan ada yang bersifat lahir.
Akhlak batin melahirkan akhlak lahir.
Menurut al-Ghazali
sendi akhlak mulia ada
empat:
-
hikmah,
-
amarah,
-
nafsu,
-
keseimbangan di antara ketiganya.
Keempat sendi tersebut melahirkan akhlak-akhlak berupa:
jujur, suka memberi kepada sesama, tawadlu, tabah, tinggi
cita-cita, pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, menghormati orang lain,
qana’ah, sabar, malu, pemurah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari
hal-hal yang haram.
Sedangkan empat sendi akhlak batin yang tercela adalah keji,
bodoh, rakus, dan aniaya.
Empat sendi akhlak tercela ini melahirkan sifat-sifat berupa:
pemarah, boros, peminta, pesimis, statis, putus asa.
Akhlak mulia dalam
kehidupan sehari diwujudkan baik :
- dalam hubungannya dengan Allah, akhlak terhadap Allah, antara
lain :
tauhid, syukur, tawakal, mahabbah;
- hubungannya dengan diri sendiri, akhlak terhadap diri sendiri,
antara lain :
kreatif dan dinamis, sabar, iffah, jujur, tawadlu;
- dengan orang tua atau keluarga, akhlak terhadap orang tua,
antara lain :
berbakti, mendoakannya, dll.;
- hubungannya dengan sesame, akhlak terhadap sesama atau
masyarakat, antara lain :
ukhuwah, dermawan, pemaaf, tasamuh; dan
- hubungannya dengan alam, akhlak terhadap alam, antara lain :
merenungkan, memanfaatkan.
Last modified: Monday, 16 April 2012, 4:00 PM